Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah
komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis
ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha
yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Human
communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu
sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi
tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa
para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk
menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
- Komunikator (siapa yang
mengatakan?)
- Pesan (mengatakan apa?)
- Media (melalui saluran/ channel/media
apa?)
- Komunikan (kepada siapa?)
- Efek (dengan dampak/efek
apa?).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap
tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara
seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung (melalui media).
Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur
Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat, 10/11/2007 – 6:54pm — Rejals Analisis
Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell.
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan
akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what
effect?). (Lasswell 1960).
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan
pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan
respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator.
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan
kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu
sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan
seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal)
untuk mengubah perilaku orang lain.
Komunikasi adalah transmisi informasi yang
terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima.
- Bernard
Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dsb.
Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling
menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi
merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan
pembangkitan balasannya.
Definisi komunikasi : Menurut Forsdale
(1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan
dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the process by which a system is
established, maintained and altered by means of shared signals that operate
according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem
dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang
digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana
satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna,
merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang
dikirimkan oleh “source” (komunikator).
William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
SUMBER:
- Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
- Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada
- Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA:
Wadsworth Publishing.
- Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Rosda.
- Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human
Behaviour,USA:Alyn and Bacon
- Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas
Terbuka.
- Wiryanto, 2005,
PROSES KOMUNIKASI
Berangkat dari
paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi
dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti
disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai
berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding)
adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi
tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm
(dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat
kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan
faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama
dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang
pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A
seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing
dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah
dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang
juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut
dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara
si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,
pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah
apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila
kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah
dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang
komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena
komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film,
dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses
komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan
sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa
(telepon, surat, megapon, dsb.).
Dan arti
lain dari Proses komunikasi terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1.Proses
Komunikasi dalam Diri Kominukator
Menurut
sifat materinya Peralatan tubuh manusia yang ada hubungannya dengan ilmu kita
ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu peralatan jasmaniah yang berupa
semua anggota tubuh termasuk panca indra, dan peralatan rohaniah yang berupa
akal, budi, hati nurani, dan seperangkat naluri.
Peralatan
rohani selalu bekerja bersama-sama, secara terus-menerus selama manusia yang
memilikinya dalam keadaan sadar, sedangkan hasil kerja peralatan jasmani
merupakan perwujudan dari hasil kerja peralatan rohani.
2.Proses
Komunikasi antara Komunikator dan Komunikan
Proses
komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan. Proses ini berawal
sejak komunikator melakukan tindak komunikasi sampai komunikan menerima isi
pernyataan komunikator.
Isi
pernyataan ini disampaikan secara langsung atau komunikasi tatap muka dan juga
dengan menggunakan alat perantara atau media.
3.Proses
Komunikasi dalam Diri Komunikan
Proses
komunikasi yang terjadi dalam diri komunikan. Proses ini terjadi sejak
komunikan menerima isi pernyataan komunikator hingga komunikan menyampaikan
feedback terhadap isi pernyataan komunikator. Isi pernyataan komunikator
melalui peralatan jasmaniah komunikan sampai kedalam dirinya dan diterima oleh
peralatan rohaniah komunikan, yang terdiri dari hati nurani, akal, budi, dan
seperangkat naluri (kebahagiaan, social, ingin tahu, dan komunikasi).
Dalam usaha
komunikan untuk memahami isi pernyataan komunikator melalui tiga urutan
peristiwa yaitu :
a.Pemahaman
isi pernyataan komunikator sebagaimana diterima peralatan jasmaniahnya.
b.Menemukan
motif komunikasi komunikator
c.Penyesuaian
konsepsi kebahagiaan
4.Proses
Komunikasi antara Komunikan dengan Komunikator
Proses
komunikan ini dimulai sejak komunikan menyampaikan feedback komunikan (dalam
hal ini komunikan sebagai komunikator II dan komunikator sebagai komunikan II).
5.Proses
Komunikasi dalam Diri Komunikator
Proses ini
berawal saat komunikator (komunikan II) menerima feedback dari komunikan (komunikator
II) hingga komunikator (komunikan II) memutuskan untuk melakukan tindak
komunikasi dengan menyampaikan isi pernyataan.
SUMBER:
- Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori
dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi,
Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
- Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
- Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of
Human Communication. USA: Wadsworth Publishing
- Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: Rosda
- Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication
and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon
- Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar
Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka
- Wiryanto, 2005
- By ririn
Saluran Komunikasi dalam
Berorganisasi
Sebelum membahas saluran komunikasi dalam
berorganisasi lebih lengkap, ternyata saluran konukasi berorganisasi terbagi
menjadi 3 bagian yaitu:
Komunikasi vertikal
terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah.
Komunikasi ke bawah ( downward communication ) dimulai
dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan
manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah.
Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi
pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan
serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan
kebijaksanaan organisasi.Fungsi utama komunikasi ke atas ( upward communication
) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa
yang terjadi pada tingkatan bawah.
- Komunikasi
Lateral atau Horizontal
Komunikasi
lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini :
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok
kerja yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-
departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat
koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga
komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah.
Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga
menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.
Komunikasi diagonal merupakan
komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi.
Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan – hubungan departemen lini dan
staf.
Komunikasi adalah
sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap
partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan
makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai
konteks. Konteks komunikasi yang telah dibahas pada modul-modul
sebelumnya adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal Communication) dan
komunikasi kelompok.Konteks komunikasi selanjutnya yang akan kita bahas adalah
komunikasi organisasi.
Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan
dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti
apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan atau
pun bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan,
memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Ini hanya satu contoh sederhana untuk
memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi,
baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat
sosial kemasyarakat.
- Pengertian
komunikasi Organisasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan
terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi
dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau
‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita
berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan
ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan
atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam
berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap
lambang yang sama.
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human
Communication menguraikan ada tiga model dalam komunikasi:
1. model
komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator
memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. model
komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada
tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung
bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran
ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang
lain bertindak sebagai komunikan.
3. model
komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam
konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang
tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan
bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang
melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu
organisasi mensyaratkan:
- adanya
suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu
dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti
pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.
- adanya
pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang
komersial mau pun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan
organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan
tentang komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia
(human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan
meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai
arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu
sama lain (the flow of messages within a network of interdependent
relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus
komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi
horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan
fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku
Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi
dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward
communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada
pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau
penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari
pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward
communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke
atas ini adalah:
a) Penyampaian
informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian
keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal
communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki
koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan
masalah
c) Saling berbagi
informasi
d) Upaya pemecahan
konflik
e) Membina
hubungan melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
Dalam dataran teoritis, paling tidak kita mengenal
atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
- Perspektif
kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif
kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai
kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau
kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu
partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau
lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat,
receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender,
oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
- Perspektif
perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang
komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha
mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam
perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya
satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut
bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian
komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons
antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda,
kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut
Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku
dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk
mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh
pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika
satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah
informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau
tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi
antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik
individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau
kelompok lain, sebagai berikut:
- Langkah
pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu
gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.
Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
- Langkah
kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber
menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda
atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan
diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message
adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk
bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa
isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
- Langkah
ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi
(encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara
berbicara, enulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan
tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel
atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan.
Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan
telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap
materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi
kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau ohp
(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran
komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai
kepada penerima seperti yang dikehendaki.
- Langkah
keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu
bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik,
karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang.
Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran
interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman
(understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya
terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan
menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons
terhadap pesan tersebut.
- Proses
terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang
memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah
disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari
penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata
ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan
tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat
dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi
komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga
tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam
suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan,
izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua
lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif
ini, yaitu:
- atasan
atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk
memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority)
supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung
pada:
- keabsahan
pimpinan dalam penyampaikan perintah
- kekuatan
pimpinan dalam memberi sanksi
- kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai
pribadi
- tingkat
kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
- berkaitan
dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Persoalan-persoalan mengenai gaya komunikasi, pengeruh
kekuasaan dalam organisasi dan upaya memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam
organisasi, merupakan bahan-bahan yang akan dibahas dalam kegiatan belajar 2
berikut.
Gaya komunikasi atau communication style akan
memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam
suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan
mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran
manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan
kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang
yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang
efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan
sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan
dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors
that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan
perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan
tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan
harapan dari penerima (receiver).
Ada enam gaya komunikasi yang akan kita bahas dalam
kegiatan belajar 2 ini, yaitu:
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka
untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan
dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah
ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling
style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya
bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons
atau tanggapan yang negatif pula.
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun
tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal.
Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang
bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian
style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebaba gaya ini
efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di
antara para anggota dalam suatu organisasi.
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State
University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri
nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons
menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat
dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif
ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa
persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang
tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang
mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan
ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga
mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang
lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks
komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas
adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi
yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic
dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang
bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling
dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi
yang bermanfaat dan produktif.
Peranan Komunikasi Informal
Penelitian ini berjudul Peranan Komunikasi Informal dalam Meningkatkan Gairah
Kerja Karyawan di Universitas Sahid Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peranan komunikasi informal, untuk mengetahui manfaat
komunikasi informal, dan untuk mengetahui peranan media komunikasi informal
dalam meningkatkan gairah kerja karyawan Universitas Sahid. Metode yang digunakan
adalah studi deskriptif, yaitu memecahkan masalah yang diteliti dengan
mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan atau melukiskan
objek penelitian yang berdasarkan fakta-fakta yang objektif serta data-data
yang nampak. Populasi penelitian in adalah karyawan Universitas Sahid Jakarta
berjumlah 214 orang karyawan dengan sampel berjumlah 68 responden. Untuk
pengambilan sampel menggunakan Purposive sample, yaitu pemilihan sampel
didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-pautnya
atau presentatif dalam penelitian ini.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komunikasi informal yang terjadi di Universitas
Sahid Jakarta dalam meningkatkan gairah kerja karyawan adalah cukup berperan
dalam strata sedang. Hampir setengahnya responden merasakan manfaat dari
pembicaraan komunikasi informal tersebut. Media yang digunakan dalam melakukan
komunikasi informal antar sesama rekan kerja dan pimpinan adalah telepon
internal (air-phone). Komunikasi secara langsung tanpa menggunakan media lebih
baik dan efektif serta mudah dimengerti, karena dapat melihat secara langsung
gerak-gerik dan mimik lawan bicara.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi
komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga
tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam
suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan,
izin cuti dan sebagainya.
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua
lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif
ini, yaitu:
- atasan
atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk
memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority)
supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung
pada:
- keabsahan
pimpinan dalam penyampaikan perintah
- kekuatan
pimpinan dalam memberi sanksi
- kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai
pribadi
- tingkat
kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
- berkaitan
dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Hambatan - hambatan komunikasi
Hambatan-Hambatan
Komunikasi Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan
Charles Wankel
Kita sering
melihat dua orang sahabat bertengkar hebat hanya karena masalah sepele. Banyak
suami istri yang bercerai, padahal mereka saling mencintai, hanya karena ego
dan tidak mau saling memahami. Organisasi bisa hancur dan pecah karena
anggotanya tidak kompak. Dua pihak berseteru karena merasa yang paling benar.
Semuanya itu berpangkal dari masalah komunikasi.
Komunikasi
adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan dengan orang lain.
Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini sebenarnya adalah karena faktor
komunikasi. Perang dan perdamaian ada juga karena faktor komunikasi.
Semuanya berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi ibarat poros yang menjadi
inti dari semua kegiatan yang ada di bumi.
Seperti yang
sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada faktor-faktor
yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor tersebut
dinamakan hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasilah yang
menyebabkan dua pihak berseteru. Hambatan-hambatan komunikasi juga menyebabkan
perang dunia . Berikut ini merupakan hambatan-hambatan komunikasi Menurut
Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel .
1.
Perbedaan Persepsi
Setiap orang
memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah pesan
atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah ketegasan.
Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai sebuah
kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan
mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan
beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa mengartikan
sebuah garis lurus sebagai tiang bendera , namun orang yang lainnya bisa
mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-sama
garis lurus.
2.
Budaya
Perbedaan
budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila
masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian,
hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa
diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari
kebudayaan masing-masing.
3.
Karakter Dasar
Karakter
dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan
sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter
kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang
lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah
karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan
dalam sebuah komunitas , apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang
memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.
4.
Kondisi
Kondisi saat
berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman terjadi.
Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak pertama sedang
dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak enak
tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga
terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi,
kita akan tahu cara mengatasinya.
·
Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton
Di dalam
komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses
komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron
Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi
tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1.
Status effect
Adanya perbedaaan
pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan
status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang
diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan
aspirasinya atau pendapatnya.
2.
Semantic Problems
Faktor
semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi
seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab
kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan
pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi
menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3.
Perceptual distorsion
Perceptual
distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada
diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
5.
Cultural Differences
Hambatan yang
terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan
sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang
berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap
suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak
boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan
berupa sup.
6.
Physical Distractions
Hambatan ini
disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi.
Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan
cahaya yang kurang jelas.
7.
Poor choice of communication channels
Adalah
gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone
yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada
pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak
dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
8.
No Feed back
Hambatan
tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi
satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu
gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut
para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak
peduli dengan gagasan seorang manajer.