Contoh Perencanaan
ANALISIS TANAMAN (KDELAI)Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai.
Kedelai merupakan salah satu mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin cenderung tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri. Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana sekalipun, produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
Oleh karena itu, dalam dekade terakhir, untuk dapat memenuhi permintaan nasional yang cenderung terus meningkat, untuk tahun 1989 impor kedelainya masih di bawah 400.000 ton. Sedangkan pada tahun 1996, impor melonjak menjadi mendekati 800.000 ton, suatu peningkatan sebesar 100%.
Besarnya angka impor tersebut merupakan salah satu indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Kegunaan kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah untuk memasok kebutuhan pokok berbagai jenis produk olahan.
Dengan memahami betapa besarnya kebutuhan kedelai untuk pasokan industri yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia tersebut di satu sisi, sedangkan disisi lain impor cenderung meningkat, maka dalam kondisi perekonomian seperti saat-saat ini, berbagai upaya yang dapat mengarah kepada memproduksikan kedelai dalam negeri secara optimal agar negara dapat memperkecil kedelai impor, merupakan momentum yang teapt untuk menggerakan masyarakat apakah dari kalangan perbankan, perusahaan besar selaku mitra, kalangan petani, instansi terkait, dan instansi lainnya, untuk menyatu dalam suatu pelaksanaan proyek dalam rangka meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Dalam kehidupan masyarakat kita, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39% – 41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sudah sangat terkenal adalah tempe, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Selain itu kedelai juga berperan penting dalam beberapa kegiatan industri hingga peternakan.
Sebagai bahan makanan kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti protein, lemak, karbohidrat dan sebagainya. Selain bijinya, dari tanaman kedelai ini beberapa bagian dari tanaman juga berguna untuk usaha peternakan, misalnya dari daun dan batangnya dapat digunakan untuk makanan ternak dan pupuk hijau.
Sedangkan dari kacang kedelainya, selain untuk bahan baku seperti telah disebutkan di atas, juga dapat dikembangkan beberapa cabang yang dapat diolah lebih lanjut. Untuk cabang “protein kedelai” dapat diolah menjadi bahan industri makanan (seperti susu, vetsin, kue, dll) dan industri non-makanan (seperti kertas, cat air, tinta cetak dll).
Selanjutnya dari cabang (minyak kedelai) dapat digunakan sebagai bahan Gliserida (seperti minyak goreng, margarin, tinta, pernis, dll) dan sebagai bahan Lecithin (seperti margarine, insektisida, plastik, industri farmasi dll).
Dengan demikian, tampak bahwa tanaman kedelai memiliki manfaat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat bagi pengembangan industri hilir. Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dati tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat.
Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah. Rendahnya produksi dalam negeri diakibatkan dari produktivitasnya yang ren-dah pula, yakni hanya berkisar 1-1,5 ton per Ha. Hal ini disadari merupakan suatu akibat dari cara budidayanya yang belum intensif, serta faktor internal petani yang belum menguasai peramalan produksi dan penguasaan informasi pasar.
SYSTEM BUDIDAYA KEDELAI
Secara teknis upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kedelai sudah tentu harus mengubah pola tanam yang belum intensif menjadi pola tanam intensif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara lebih memantapkan penataan yang meliputi perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari :
1. Proses persiapan dan pembuatan serta penyediaan pembenihan kedelai yang unggul.
2. Persiapan lahan budidaya.
3. Penerapan teknologi penanaman.
4. Pemeliharaan tanaman.
5. Proses pemanenan.
6. Proses penanganan hasil.
7. Distribusi dan pemasaran hasil.
PEDOMAN TEKNIS
SYARAT TUMBUH
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C – 300C, kelembaban 60% – 70%, pH tanah 5,8 – 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
1. Tanah
o Tanaman kedele dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman.
o Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran.
2. Iklim
Kedele dapat tumbuh subur pada :
o curah hujan optimal 100-200 mm/bulan.
o Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari.
o Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m.
3. Air
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedele.
PENGOLAHAN TANAH
• Tanah dibajak, digaru dan diratakan
• Sisa-sisa gulma dibenamkan
• Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m
• Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami
• Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
• Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
• Ă Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
PENANAMAN
• Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai
• Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm
• Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang
• Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan
• Waktu tanam yang baik akhir musim hujan
PENJARANGAN & PENYULAMAN
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.
PENYIANGAN
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.
PEMBUBUNAN
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
PEMUPUKAN
Waktu Dosis Pupuk Makro (per ha)
Urea (kg) SP-36 (kg) KCl (kg)
2 Minggu Setelah Tanam 50 40 20
6 Minggu Setelah Tanam 30 20 40
Total 80kg 60kg 60kg
PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA
3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal
10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO
11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir
12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal
UPAYA PENINGKATAN HASIL PRODUKSI KEDELAI
Pertama
membantu pihak Usaha Kecil (UK) dalam bidang agribisnis tanaman kedelai agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi (kelemahan sistem, penerapan teknologi, distribusi/pemasaran) yang dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan di sektor pemerintah, moneter dan sektor riil.
Kedua
mendorong Usaha Besar (UB) untuk turut aktif meningkatkan produksi kedelai dalam bentuk kemitraan dengan UK dalam Program Kemitraan Terpadu (PKT). Dengan pola hubungan kemitraan ini diharapkan ini diharapkan supaya kendala yang dihadapi UK dalam hal permodalan dan pemasaran serta teknologi dapat diatasi, sekaligus akan menjamin keberhasilan UK guna mendapatkan kredit perbankan.
Ketiga
mengarahkan pengambangan PKT tanaman kedelai ke kawasan-kawasan yang masih potensial di luar Jawa, khususnya daerah-daerah transmigrasi yang telah memiliki jaringan irigasi teknis, atau daerah transmigrasi yang memiliki lahan usaha II tetapi belum dimanfaatkan (lahan tidur). Dalam kaitan ini, pada daerah transmigrasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) perlu didorong, dengan harapan agar dari lahan ini minimal mampu dipenuhi kebutuhan lokal di kawasan ini sehingga tidak lagi tergantung pada pasokan dari Jawa, bahkan diharpkan mampu berperan menyuplai kebutuhan nasional.
BAB. II
PASKA PANEN KEDELAI
Ada Lima Tahapan Penanganan Pasca Panen Kedele:
1. Pengeringan Brangkasan :
Dapat dilakukan dengan dua cara : secara alami atau menggunakan para-para
1. Pengeringan Secara Alami Brangkasan kedele dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan di atas lantai jemur atau menggunakan alas plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna hitam/gelap untuk mempercepat pengeringan. Brangkasan kedele yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi.
2. Pengeringan dengan para-para Cara ini dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim hujan:
1.
1.
Para-para dibuat bertingkat
Brangkasan kedele ditebar merata di atas para-para tersebut
Dari bawah dialirkan panas dari sekam, untuk menurunkan kadar air
Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18 %.
2. Pembijian :
Dapat dilakukan dengan pemukul (digebug) atau dengan mesin (Threster)
1.
1. Digebug/Dipukul
Brangkasan yang cukup kering di atas lantai jemur/alas lain
Dipukul dengan karet ban dalam sepeda atau kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah
Biji yang terlepas dari polong ditampi
Biji dijemur sampai kadar air mencapai kurang lebih 14 %
Disimpan dalam wadah/karung yang bebas hama/penyakit
2. Menggunakan alat mekanis (power thresher)
Power thresther yang biasa digunakan untuk padi dapat dimanfaatkan untuk kedele. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm.
Brangkasan kedele yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik
1. Pembersihan :
Untuk membersihkan biji kedele yang telah dirontokkan dapat menggunakan alat sebagai berikut
1.
1. Ditampi Tampi terbuat dari anyaman bambu, berbentuk bulat dan diberi bingkai penguat.
2. Menggunakan mesin pembersih (Winower) Mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blowe
1. Pengemasan dan Pengangkutan :
1. Biji kedele yang telah bersih disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni/plastik atau bakul
2. Bila diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat.
1. Penyimpanan :
1. Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama/penyakit
2. Biji kedele yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9-14 %
3. Khusus untuk biji yang akan dijadikan benih, kadar airnya harus 9-14%
PEMASARAN KEDELAI
Selama ini pemerintah banyak melakukan kebijakan proteksi di sektor komoditas pertanian, seperti beras, gula dan kedelai, yang bertujuan untuk mencapai swasembada. Akan tetapi, sebaiknya kebijakan tersebut juga perlu diikuti dengan program pemerintah yang jelas dan terukur. Peluang untuk meningkatkan produktivitas kedelai sulit untuk dapat dicapai, tanpa disertai penyediaan lahan khusus untuk upaya itu.
Apabila petani tetap melakukan pola tanam yang terus berganti, maka produktivitas sulit untuk bisa ditingkatkan. Dengan demikian, harus dilakukan program perluasan lahan tanaman kedelai untuk swasembada kedelai. Selain itu, juga perlu diadakan program budidaya bibit kedelai secara berkesinambungan yang langsung bisa dimanfaatkan oleh para petani. Rencana pengenaan tarif bea masuk (BM) kedelai sebesar 10-15 % akan meningkatkan harga jual kedelai yang gilirannya akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi. Dengan demikian, pengusaha akan membagi adanya penambahan beban itu kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual produknya di tingkat eceran oleh karena itu pemerintah hendaknya mencari solusi terbaik sehingga harga kedelai impor bisa diproteksi tetapi juga tidak merugikan konsumen.
Aspek Permintaan
Di samping menimbulkan penurunan kinerja ekonomi, depresiasi nilai rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS memberikan berkah bagi produk-produk Indonesia berkandungan impor rendah untuk go internasional. Khususnya dalam memanfaatkan peningkatan daya saing atau paling tidak dalam rangka melakukan substitusi impor. Substitusi impor melalui peningkatan produksi dan produktivitas dalam negeri di segala subsektor pertanian, merupakan salah satu bentuk pemanfaatan ini, salah satu diantaranya untuk komoditi kacang kedelai.
Perkembangan Impor Kedelai
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, Indonesia masih ha-rus terus melakukan impor yang rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahunke tahun, produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun. Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor terus berlangsung dan memiliki kecenderungan terus meningkat. Seperti yang terlihat dalam Gambar 2, puncak impor tertinggi tercatat untuk tahun 1996 sebesar 743 ribu ton, suatu peningkatan impor sebesar 50% dari tahun sebelumnya (496 ribu ton). Sementara itu angka impor terendah selama kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 700 ribu ton. Secara keseluruhan selama kurun waktu tersebut kecenderungan impor kedelai nasional menunjukkan peningkatan sebesar 8,59%.
Gambar 1. Total Impor Kedelai
Perkembangan Produksi Kedelai Nasional
Produksi kedelai nasional selama kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 5,2% (lihat Gambar 2.). Produksi kedelai tahun 1997 sebesar 1,3 juta ton, turun 11% dari tahun sebelumnya yang mencatat produksi sebesar 1,5 juta ton. Demikian pula pada tahun 1996 (1,5 juta ton) turun dari tahun 1995 (1,7 juta ton) sebesar 11%. Kondisi berbeda terjadi di tahun 1995 dengan peningkatan sebesar 7% dari periode sebelumnya.
Gambar 2.
Penurunan Produksi Kedelai Nasional
Laju penurunan produksi tersebut antara lain disebabkan oleh produktifitas lahan yang masih rendah, berkurangnya luas areal panen, gagalnya panen karena iklim yang tidak cocok untuk pertumbuhan, juga karena belum dikuasainya teknologi produksi yang maju oleh petani. Sebagai perbandingan produktifitas di negara-negara penghasil utama seperti Amerika Serikat dan Brazil berkisar 2 – 7 ton/ha.
Perkembangan Kebutuhan Kedelai Nasional
Kebutuhan nasional akan kacang kedelai dapat diturunkan dari penjum-lahan antara angka produksi nasional dan impor kedelai, yang secara tegas memperlihatkan peningkatan. Pendekatan lain dapat dilakukan dengan menggunakan angka konsumsi kedelai perkapita selama 5 repelita (Lihat Tabel 11.1). Tingkat konsumsi kedelai perkapita masyarakat Indonesia pada rata-rata tahun 1994 s/d 1996 telah menunjukkan angka 13,41 kg, mengalami peningkatan sebesar 9,98 kg bila dibandingkan pada rata-rata pelita 1. Secara keseluruhan peningkatan konsumsi perkapita kedelai dari pelita 1 hingga pelita 6 sebesar 25,51%. Peningkatan kebutuhan akan kedelai ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk tahu dan tempe serta untuk pasokan industri kecap.
http://frengkiblog.blogspot.com/2009/10/contoh-perencanaan-agribisnis-jangka.html
0 komentar:
Posting Komentar